top of page

Bagaimana Hal Ini Bermula

Tahun 2022

Tahun itu salah satu resolusi tahunanku dalam hal relationship adalah untuk mengenal 1 orang (asing). Ini tentunya berhubungan ke relationship jangka panjang.

Memang targetnya mungkin terlihat mudah ya, tapi bagiku diusiaku tahun itu, tidak mudah untuk menerima perkenalan lebih jauh dengan lawan jenis, karena menurutku, mereka yang sekarang sudah aku kenal, dalam segi jumlah sudah cukup, ambisiku bukan lagi mencari teman seperti dulu pas masa kuliah, tapi siapa yang bisa dirasa bisa untuk hidup bersama dalam waktu yah mungkin cukup lama. Sisa hidup.

Oleh sebab itu, saat menulis target inipun, aku gak muluk-muluk, cukup 1 saja ya Allah, rasanya aku tidak punya cukup tenaga untuk kenal lebih dengan seseorang yang bisa kuajak mengarungi kehidupan. Tenagaku kayaknya sudah terkuras ke urusan pekerjaan, menghitung anggaran, jadi tahun itu aku benar-benar hanya bertekad kenal 1 orang, tidak lebih.

Mei 2022

Bulan itu tepat aku bertambah usia, aku bersyukur dengan apa-apa yang aku punya. Keluarga yang selalu ada buat aku, teman-teman sepermainan yang masih bisa jalan kesana-kesini dan pastinya juga kita saling sayang, juga pekerjaan yang bisa disebut diidam-idamkan banyak orang. aku bersyukur atas kasih sayang Allah yang masih dilimpahkan, aku masih didekatkan dengan banyak orang baik, yang dengan kebaikan mereka mungkin hal itu juga yang membuat aku bisa berbuat baik.

Dibulan ini juga, (ternyata, setelah aku mengulang memori tahun 2022ku) ada seorang laki-laki asing yang dengan berani-beraninya mengajak aku menikah dan itu dia lakukan via sosial media! Wk! huh. Lagian, aku mau-maunya diajak nikah via message social media dan bisa-bisanya betulan menjadi suami sekarang -.-

Singkat cerita dia ini sebetulnya bukan orang asing dari antar berantah, aku kenal karena kami dulu pernah berada dalam satu Organisasi di Kampus. Namanya organisasi, pasti terdiri dari banyak bidang dan divisi, meskipun kita satu organisasi dan satu angkatan, jumlah orang di organisasi itu setidaknya ada 100 kurang lebih, dan satu angkatan bisa ribuan. Aku tentunya bukan orang yang kenal semua orang di angkatan, satu jurusanku saja isinya lebih dari 100 orang, mana bisa aku kenal dari jurusan lain dengan baik. Intinya, kami cuma saling kenal, tau nama. Informasi yang kami tau, tentang kami masing-masing benar2 minim.

Akhirnya, diawal percakapan yang dia tanyakan adalah kegiatanku, kemudian dia langsung tanpa ba-bi-bu menjelaskan maksud dan keinginannya. Aku sebenarnya udah curiga sejak ada request baru follower "akan ada drama apalagikah ini?" anaknya sering suudzon maafkan, dan ternyata memang intuisiku benar kejadian. Satu hal positif yang sekarang dan sesudah menikah aku kasih jempol untuk laki-laki ini adalah dia berhasil mengetahui karakteku (yang mungkin banyak perempuan lain juga punya) kalau kita ini gak perlu basa-basi diberikan kata-kata manis. he. Rasanya udah gak perlu laki-laki yang bertanya sudah makan atau belum, tapi lebih ke laki-laki yang bertanya kesiapan mengenal lebih jauh untuk ke jenjang pernikahan.

Mei - Juni - Juli

Setelah tawaran itu, aku coba sambut positif ajakannya. Meskipun, dari ajakan tersebut aku sudah tergambar kosenkuensi yang harus aku jalani. Aku harus resign dari pekerjaanku saat itu dan aku harus merantau, jauh dari keluarga T_T. Do'a yang aku panjatkan saat itu, smeoga Allah kasih jalan petunjuk, kalau dia baik untuk kehidupan dunia dan akhiratku, dimudahkan. Kalau memang tidak baik, dijauhkan. Aku tipikal anak terakhir yang dekat dengan semuanya, saat topik ini aku buka ke keluarga, aku pastikan diri aku juga siap. Siap dengan konsekuensi yang tadi aku sebutkan. Aku banyak diskusi sama kakak pertamaku, tentang bagaimana harus membicarakan perihal-perihal sebelum pernikahan, aku juga ngobrol pelan-pelan dengan mamah. Mamah yang mungkin selama ini jadi teman jalanku kemana-kemana, kemungkinan akan tinggal jauh dari aku. Ada perasaan sedih yang membuat berat, tapi disisi lain setelah menjalani proses perkenalan dengan laki-laki ini, aku melihat banyak hal yang bisa kutolerir dari pribadi dia. Hal ini yang jarang kutemukan saat melakukan perkenalan dengan lawan jenis lainnya. Aku juga gak jarang meminta pendapat sama teman-temanku, guruku dan orang-orang yang kupercaya. Selain untuk menguatkan, aku juga takut kalau ada pemikiranku yang salah saat menjalani proses perkenalan dengan laki-laki ini.

Setelah banyaknya do'a, pertimbangan, obrolan diskusi dan semuanya. Akhirnya, sekitar akhir Juni kami memutuskan untuk siap ke jenjang pernikahan. Kami akan menikah di bulan Agustus. Hal ini sebenarnya kalau bukan rahmat dan petunjuk Allah, rasanya bukan hal yang mungkin terjadi , terlebih saya dan dia sudah lebih dari 6 tahun tidak pernah bertatap muka secara langsung. Proses perkenalan dan pertanyaan2 yang kami lakukan hanya melalui online cam. Ditambah lagi, dia bertemu kelurga saya hanya melalui online meet juga, tanpa ada acara khitbah, langsung ke proses menikah. Ya Allah, kecepatan gak siiih T_T

Setidaknya ada beberapa poin yang membuat hati aku tenang:

  1. Dari tahap proses aku mengenalkan ke keluarga, tidak ada hal-hal penolakan yang sifatnya berat dari keluargaku. Yaa, sebagai orangtua yang melihat anaknya sudah bekerja dan mendapat penghasilan, mungkin sedikit berat melihat aku resign nantinya, tapi dihati lubuk terdalamnya, mamah tidak melihat keberatan di sisi laki-laki yang datang ini

  2. Keluarga dia pun, tidak memiliki keberatan yang berarti ke aku. Intinya dua keluarga kami saling menerima kami

  3. Alhamdulillah, setiap persiapan meskipun kami jauh, dia di Jepang aku di Jakarta, dan kami menikah di Bogor, persiapannya penuh tantangan tapi semuanya Allah mudahkan

  4. Aku dan dia sama-sama tenang dengan jawaban kami masing2 saat sesi obrolan yang ditemani guru kami.

  5. Aku, yang sebenarnya cukup sulit menerima orang baru, tapi saat melihat itikad baik dia dan semua yang dia usahakan, cukup bisa menerima dan akhirnya bersekapat untuk lanjut ke jenjang yang lebih sakral.

13 Agustus 2022

Akhirnya aku bisa salim sama laki-laki yang (bisa-bisanya)ngajakin nikah via sosmed, dan bisa-bisanya aku juga bisa terima sampai SAH. Wk


Alhamdulillah, sekarang hari ke 179 kita bersama. Semuanya masih serba baru bagi aku. Seperti baru kemarin, padahal sudah lebih dari 100 hari dan akan menuju 100 hari ke 2 dalam waktu dekat. Huhuhaha. Semoga aku dan laki-laki yang kusalamin tanggal 13 Agustus 2022 ini bisa menjalani hari-hari kedepan dengan berkah dan penuh hikmah.

Setelah menikah tentu perjalanannya gak mudah, bagi aku terutama harus menjalani keputusan-keputusanku sendiri. Biidznillah (sampai sekarang) dan seterusnya semoga aku bisa belajar lebih baik lagi untuk jadi anak, istri dan soon to be mom :'')


Dalam rangka mengumpulkan lagi memori-memori tahun 2022.


Aichi, Anjo 7 Februari 2022

bottom of page